Sabtu, 08 November 2014

2 Kembar Jogja (Part 6) - FINAL CHAPTER



Judul: 2 Kembar Jogja (Part 6) - FINAL CHAPTER
Author: Suliyanto

“Apakah mataku menipuku?”
Seorang wanita sedang duduk sambil mengecek karcis yang ada ditangannya. Gitar memperhatikan dengan seksama apa yang sedang dilakukan wanita itu. Perlahan gitar beranjak dari kursi dan berusaha membagi apa yang telah dilihatnya pada Pena.

“Ada apa?” balas pena.
“Coba kau lihat mirip siapa dia?”
“Heh,maksudmu?” Pena mencoba memahami maksud gitar.
Gitar menunjuk pada seorang wanita yang sedang duduk. Pena pun memfokuskan pandangannya.
“Heh,,, wiwin…!!!
Pena tersentak menyaksikan apa yang dilihatnya.

“Tak kusangka ini akan menjadi kejutan yang sangat aneh mengingat kita berdua bertemu kembaran mantan pacar kita masing-masing disini,di Jogja”. Ucap Gitar sambil bersandar kembali pada kursi.
“Hah, kenapa dia mirip sekali dengan wiwin dilihat dari sudut manapun. Tak ada bedanya sama sekali dengan yang asli”.
“Mengapa kau tidak  mencoba mengobrol dengannya saja?”
“Haah,,aku malu kau sajalah sana. Aku akan mengamati dari sini” bilang Pena yang sedang malu.
“Baiklah,,” Gitar beranjak menuju wanita tersebut. Hati Pena berdebar kencang melihat wanita itu. Apakah ini hari teraneh yang pernah aku lewati selama hidupku.

Sudah lebih dari sepuluh menit Gitar mengobrol dengan wanita tersebut. Pena sudah tidak sabar menantikan informasi yang akan dibawah oleh Gitar. Dalam ingatannya sedikit mengingat saat saat bersama dengan wiwin dulu. Hari-hari yang dihabiskan untuk berdua dan bahagia bersama kekasih kini sudah berakhir. Tidak ada satu momen sedikitpun yang terlupakan termasuk hari saat cinta mereka kandas. Kata yang sangat mendalam masih tertancap kuat dipikiran Pena. Kata terakhir dari perpisahan dengan wiwin. “selama aku mengenalmu,aku bahagia. Semoga kebahagiaan ini bisa aku bagi pada diriku yang lain agar aku bisa bertemu denganmu dimanapun”.

Gitar kembali menuju Pena dengan senyum lebar.
“Gimana, siapa namanya? Tinggal dimana? Mana nomer HPnya?” Pena memberondong pertanyaan pada Gitar. Gitar pun hanya tersenyum dan hanya bilang “kasih tau gak yaa”.
“Ayolah,jangan kau buat aku jadi penasaran”.

“Oke-oke” balas Gitar sambil bersandar kembali di  kursi dengan santai. Ternyata Gitar lupa tidak menanyakan namanya. Dia tinggal dijakata dan hari ini dia akan kembali kesana. Dia ke jogja hanya untuk berlibur. Memang tidak banyak informasi yang didapat Gitar termasuk nomer HPnya. Pena sedikit kecewa tapi akhirnya cukup puas dengan informasi itu.
“Untuk sesaat aku bisa bahagia mengingat wiwin walau harus lewat orang lain yang mirip dengannya” ucap pena sambil tersenyum.

Tanpa terasa suara pengumuman stasiun memberi tahu bahwa kereta tujuan Jakarta akan segera tiba dan penumpang diharap bersiap untuk berangkat dan wanita itupun masuk kedalam kereta. Berakhir sudah saat-saat bahagia melihat wanita tadi hilang bersama melajunya kereta meninggalkan stasiun. Suasan stasiun semakin malam semakin sepi. Gitar dan Pena tidak sabar menunggu kereta pulang.

Kereta pun datang. Stasiun memberitahukan bahwa penumpang tujuan Surabaya segera bersiap. Gitar dan Pena memasuki gerbong kereta. Mereka mencari yempat duduk sesuai nomer yang ada di karcis. Setelah menemukan tempat duduk mereka menaruh tas dan oleh-oleh di rak khusus barang. Malam ini akan menjadi malam terakhir mereka di jogja. Mereka melihat melalui jendela kereta suasana stasiun yang sepi dan kereta siap berangkat. Perlahan kereta melaju dan semakin sepat meninggalkan stasiun. Selamat tinggal jogja.

Terbayang saat pertama menginjakkan kaki di jogja. Banyak momen-momen dan kenangan yang tak terlupakan di kota jogja tersebut. Kini malam semakin larut. Lampu kereta menyala redup. Gitar dan pena berusaha untuk tidur. Perkiraan sampai di mojokerto pukul 2 pagi. Kereta melaju kencang menembus kegelapan meninggalkan jogja solo dan semakin menjauh menuju tujuan pulang dua pemuda ini.

Kla Project - Yogyakarta
 

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna

Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja

Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila

Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu ...

Walau kini kau t'lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk s'lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
 



2 Kembar Jogja (part 5)



Judul: 2 Kembar Jogja (part 5)
Author: Suliyanto

Dia yang sempat ku anggap Fira telah pergi. Seakan melambai meninggalkan seribu tanda tanya……

kenyataan yang gila. Ungkapan ini sangat pas untuk mengakhiri malam ini karena besok mereka akan kembali ke Mojokerto. Tidur sambil sesekali nyengir sendiri. Gitar masih terjaga ketika Pena tertidur lelap di atas kursi taman. Kejadian malam ini benar-benar membuka pemahaman baru bagi Gitar. Tidak ada ungkapan yang tepat menurutnya untuk menggambarkan apa yang ada dipikirannya saat ini. Dia mencoba untuk tidur, berharap menemukan jawaban atas  peristiwa teraneh tahun ini dalam lembaran kamus mimpinya. Sedikit terbersit untuk kembali mengurai kenangan lama bersama Fira. Walau terasa sakit tapi tetap membekas, ungkapnya dalam hati.

Mereka berdua terlarut dalam mimpi. Tidur nyenyak  terbaring di atas kursi taman. Bintang berkelip. Udara malam yang dingin dan kesunyian suasana sepanjang jalan menemani tidur mereka disana. Malam sunyi.

Mata terasa berat saat membukanya. Cahaya terang menyilaukan menyongsong dari arah timur tanda hari yang baru. Aktivitas sekitar jalan mulai ramai. Gitar bangun lebih dulu. Pena masih terlihat tidur lelap. Meninggalkan tanda bekas yang apabila diamati seperti hasil kerajinan seni dari aktivitas ngilernya. Gitar tertawa melihatnya. Dia membangunkan Pena. Terbangun sambil mengusap mata, pena meregangkan dada dan kedua tangannya sambil mengaup.
“wah, sudah pagi ya” ucap pena sambil duduk disamping gitar.
“nyenyak banget tidurnya, sampai ngiler gitu” balas Gitar yang nyegir melihat sisa iler yang menenpel pekat di bawah bibir Pena. Menyadari hal itu, pena segera mengusapnya.

Mereka bergegas mandi di pemandian umum sekitar. Perut yang lapar memandu mereka pada warung gudeg yang ada di depan pemandian tersebut. Makan dengan lahap dan semangat karena hari ini mereka harus mendapat tiket pulang ke Mojokerto. Pelayanan tiket di stasiun masih belum buka  sebelum pukul 08.00. mereka masih sempat merencanakan untuk membeli oleh-oleh di malioboro. Masih banyak waktu untuk menikmati hari terakhir di jogja. Selesai makan, mereka menuju jalan malioboro sesuai rencana.

Kembali berjalan menuju malioboro. Suasana minggu sangat ramai pagi itu. Turis mancanegara banyak yang berbelanja disana. Meneluri padatnya pedagang dan juga wisatawan lain membuat jalan masuk sesak. Sesekali wajah pena harus rela tertabrak tas besar yang ada didepannya.

Sepanjang jalan dipenuhi para pedagang mulai dari pakaian batik, gerabah, kaos dan aksesoris. Banyak pilihan sebagai oleh-oleh. Gitar masuk ke sebuah toko membeli satu stel pakaian untuk adik perempuannya. Terlihat seperti batik modern. Sebaliknya dengan gitar, Pena sibuk mencari batik untuk ayahnya dan tiga buah kaos untuk adiknya. Masing-masing membawa oleh-oleh yang banyak. Tinggal kue bakpia nya,ungkap gitar.

Mereka berjalan meninggalkan malioboro. Menuju kawasan oleh-oleh khas bakpia. Setelah dirasa cukup, mereka memutuskan langsung menuju stasiun. Berjalan kaki merupakan pilihan mereka sambil menikmati suasana sekitar sepanjang perjalanan. Panas matahari mulai terasa menandakan siang telah tiba. Jarak yang ditempuh mungkin akan cukup jauh mengingat jalan yang mereka ambil merupakan jalan memutar, oleh karena itu Gitar mempunyai inisiatif mencari jalur pintas agar cepat sampai.

Lebih dari 1 jam mereka berjalan akhirnya sampai juga di depan pintu stasiun Lempuyangan. Memasuki area stasiun, mereka antri memesan karcis tujuan mojokerto. Antrian cukup padat siang itu. Gitar terlihat masih mengantri sedangkan pena beristirahat di kursi tunggu sambil melihat-lihat suasana stasiun. Rupanya cukup banyak wisatawan seperti mereka yang juga berniat pulang. Pena melihat ada pedagang minuman di sebelah stasiun. Kebetulan dia haus sejak perjalanan ke stasiun. Pena mengangkat tasnya dan keluar stasiun untuk membeli minum tanpa memberi tahu Gitar karna hanya sebentar pikirnya. Dia menyebrang jalan dan menuju warung tempat berjualan minuman.

Setelah mengantri cukup lama akhirnya Gitar mendapat dua karcis pulang ke mojokerto. Dijadwalkan pukul 3 sore mereka akan berangkat sesuai yang tertera di karcis. Bermaksud menemui Pena di tempat duduk tunggu tapi Gitar tidak menemukannya. Dia mencarinya disekitar stasiun. Terlihat Pena sudah kembali.

“dari mana sih?” Tanya Gitar sambil menyimpan 2 karcis kedalam tasnya.
“oh, ini dari beli air tadi. Dah dapet karcisnya?”
“sudah, pukul 3 sore”
“berarti masih 2 jam lagi kita menunggu”
“ya,mau bagaimana lagi”
Mereka menunggu sambil duduk di kursi tempat tunggu. Semakin siang suasana stasiun semakin ramai. Terlihat antrian setiap loker memanjang.

Duduk sambil menunggu memang membosankan.  Dikelilingi kesibukan sekitar stasiun membuat mereka termangu sambil jongkok diatas kursi. Sekilas mata gitar mengamati sekelilingnya. Di sudut stasiun terdapat sekumpulan cewek sedang asyik bercanda. Mungkin mereka juga sedang menunggu kereta. Peristiwa itu mencuri sedikit perhatian gitar. Disela-sela kerumunan ada sesuatu yang menarik. Gitar mencoba mengamatinya dengan seksama. Dan…